PERCOBAAN
I
KEADAAN
GAS DAN CAIR
Penentuan
Berat Molekul Berdasarkan Pengukuran Massa Jenis Gas
I.
TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan
berat molekul senyawa volatile berdasarkan pengukuran massa jenis gas.
2. Melatih
penggunaan persamaan gas ideal.
II.
DASAR
TEORI
Gas
merupakan kumpulan molekul-molekul dengan gerakan kacau balau, acak tetapi
berkesinambungan dengan kecepatan yang bertambah jika temperatur
dinaikkan. Gas berbeda dengan cairan (yang molekul-molekulnya juga bergerak
secara acak) karena molekul-molekul gas terpisah jauh satu sama lain (Atkins,
1990).
Gas
adalah suatu keadaan zat ketika zat tersebut menempati seluruh ruang wadahnya,
terlepas dari kuantitasnya. Pada suatu gas ideal, yang mengikuti hukum-hukum
gas dengan tepat, molekul-molekul itu sendiri akan memiliki suatu volume yang
dapat diabaikan dan gaya-gaya antar mereka dapat diabaikan, sehingga tumbukan
antar molekul-molekul akan menjadi elastis sempurna (Martin, 2012).
Empat sifat dasar yang menentukan sifat fisis gas
adalah banyaknya molekul gas, volume gas, suhu atau temperatur, dan tekanan.
Jika nilai-nilai numeris tiga besaran diketahui, maka nilai besaran keempat
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan keadaan (equation of state) yang secara matematis dinyatakan dengan .
Persamaan tersebut biasa juga disebut dengan persamaan gas ideal (Petrucci,
1987).
Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan
sebagai berikut.
1. Gas bersifat transparan.
2. Gas terdistribusi merata dalam ruang
apapun bentuk ruangnya.
3.
Gas
dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4. Volume sejumlah gas sama dengan
volume wadahnya. Bila gas tidak diwadahi, volume gas akan menjadi tak hingga
besarnya, dan tekanannya akan menjadi tak hingga kecilnya.
5. Gas berdifusi ke segala arah tidak
peduli ada atau tidak tekanan luar.
6. Bila dua atau lebih gas bercampur,
gas-gas itu akan terdistribusi merata.
7. Gas dapat ditekan dengan tekanan
luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan mengembang.
8. Bila dipanaskan gas akan mengembang,
bila didinginkan akan mengkerut.
(Halliday dan
Resnick, 1978).
Pada keadaan gas, partikel-partikel bergerak secara
acak. Jarak antara partikel-partikel relatif jauh lebih besar dari pada
ukuran-ukuran partikel sehingga gaya tarik menarik antara partikel sangat kecil
sehingga dapat diabaikan. Laju suatu partikel selalu berubah-ubah, hal ini disebabkan
terjadinya tumbukan antara partikel yang satu dengan yang lainnya ataupun
antara partikel dengan diding wadah. Berbeda dengan cairan atau padatan, gas
mudah dimampatkan. Gas tidak mempunyai bentuk dan volume yang tetap, gas akan
selalu mengisi setiap ruang dimana gas tersebut dimampatkan. Gas selalu
dipengaruhi oleh perubahan teskanan dan suhu (Bird, 1993).
Persamaan keadaan atau gas ideal adalah
persamaan termodinamika yang menggambarkan keadaan materi di bawah seperangkat
kondisi fisika. Persamaan gas ideal adalah sebuah persamaan
konstitutif yang menyediakan hubungan
matematik antara dua atau lebih fungsi
keadaan yang berhubungan dengan materi,
seperti temperatur,
tekanan, volume dan energi dalam
(Atkins,1990).
Hukum-hukum yang mendasari gas ideal, yaitu:
1.
Hukum Boyle
Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, Robert Boyle
menemukan bahwa apabila suhu gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika
tekanan gas bertambah, volume gas semakin berkurang. Demikian juga sebaliknya
ketika tekanan gas berkurang, volume gas semakin bertambah. Istilah kerennya
tekanan gas berbanding terbalik dengan volume gas. Hubungan ini dikenal dengan
julukan Hukum Boyle. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
V ¥ 

2. Hukum Charles
Seratus
tahun setelah Obet Boyle menemukan hubungan antara volume dan tekanan, seorang
ilmuwan berkebangsaan Perancis yang bernama Jacques Charles (1746-1823)
menyelidiki hubungan antara suhu dan volume gas. Berdasarkan hasil percobaannya,
Cale menemukan bahwa apabila tekanan gas dijaga agar selalu konstan, maka
ketika suhu mutlak gas bertambah, volume gas pun ikut bertambah, sebaliknya
ketika suhu mutlak gas berkurang, volume gas juga ikut berkurang. Hubungan ini
dikenal dengan julukan Hukum
Charles. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
V ¥ T
3. Hukum Gay Lussac
Berdasarkan
percobaan yang dilakukannya, Jose menemukan bahwa apabila volume gas dijaga
agar selalu konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, suhu mutlak gas pun
ikut bertambah. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, suhu
mutlak gas pun ikut berkurang. Artinya, pada volume konstan, tekanan gas
berbanding lurus dengan suhu mutlak gas. Hubungan ini dikenal dengan julukan Hukum Gay-Lussac. Secara
matematis ditulis sebagai berikut :
P
¥ T
4. Hukum Avogadro
“Gas-gas yang memiliki volum yang
sama, pada temperatur dan tekanan yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama
pula”. Artinya, jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak
tergantung kepada ukuran atau massa dari molekul gas. Secara sistematis di
tulis sebagai berikut:
V
¥ n
Dari hokum
Boyle, Charles, dan Gay Lussac dapat didapatkan persamaan gas ideal, yaitu
sebagai berikut:
PV = nRT
Keterangan :
P = tekanan
V = volume
n = jumlah mol
T = suhu mutlak
R
= tetapan gas umum (R = 8,3144 J K-1mol-1)
(Halliday
dan Resnick, 1978)
III.
ALAT DAN
BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah sebagai berikut:
A.
Alat
1.
Gelas kimia 600 mL
2.
Gelas ukur 10 mL
3.
Erlenmeyer 100 mL
4.
Desikator
5.
Neraca digital
6.
Penangas listrik
7.
Thermometer
8.
Karet gelang
9.
Aluminium foil
10.
Gegep
11.
Jarum
12.
Pipet tetes
B.
Bahan
1.
Cairan volatile (CHCl3)
2.
Aquades
IV.
PROSEDUR
KERJA
Adapun
prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.
Menimbang sebuah labu erlenmeyer 100 mL
yang bersih dan kosong menggunakan neraca digital lalu mencatat massanya.
2.
Menimbang labu erlenmeyer 100 mL, karet
gelang dan aluminium foil secara bersamaan menggunakan neraca digital dan
mencatat massanya.
3.
Mengukur 5 mL cairan volatil (CHCl3)
menggunakan gelas ukur.
4.
Memasukkan 5 mL cairan volatil (CHCl3)
ke dalam labu elenmeyer. Kemudian menutup labu erlenmeyer dengan aluminium foil
dan mengencangkan tutup tersebut dengan karet gelang, sehingga kedap udara. Lalu
membuat sebuah lubang kecil pda aluminium foil menggunakan jarum.
5.
Memanaskan air sebanyak 400 mL yang berada
dalam gelas kimia 600 mL menggunakan penangas listrik.
6.
Membuat lubang kecil pada aluminium foil di Erlenmeyer menggunakan
jarum.
7.
Merendam erlenmeyer pada air yang telah
mendidih hingga batas 1 cm di bawah aluminium foil. Lalu membiarkan erlenmeyer sampai
semua cairan menguap.
8.
Setelah semua cairan volatil (CHCl3)
menguap, mengangkat erlenmeyer dari penangas, lalu mencatat suhu air dalam
gelas kimia pada penangas tersebut menggunakan thermometer.
9.
Mendinginkan erlenmeyer tersebut dengan cara
mendiamkan pada tempat terbuka selama 2 menit.
10.
Setelah 2 menit, Memasukkan erlenmeyer
ke dalam desikator dan menunggu hingga 15 menit.
11.
Setelah 15 menit, mengeluarkan erlenmeyer
dari desikator kemudian menimbang erlenmeyer menggunakan neraca digital.
12.
Melepas karet gelang dan aluminium foil
dari erlenmeyer, lalu mengisi erlenmeyer dengan air hingga penuh.
13.
Menimbang erlenmeyer yang berisi air
tersebut menggunakan neraca digital.
V.
HASIL
PENGAMATAN
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh
dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
No
|
Pengukuran
|
Hasil
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
|
Massa
erlenmeyer bersih dan kosong
Massa
erlenmeyer + karet gelang + alumunium foil
Massa
erlenmeyer + karet gelang + alumunium foil + cairan x
Massa
cairan x
Suhu
air dalam penangas
Suhu
air dalam erlenmeyer
Massa
erlenmeyer yang ditimbang
Massa
erlenmeyer + massa air
Massa
air
Massa
jenis air pada suhu tersebut
Tekanan
atmosfir
Massa
gas x
|
54,51 g
55,25 g
62,10 g
6,58 g
99°C
99°C
55,81 g
174,58 g
118,47 g
0,9986 gr /ml
1 atm
0,56
g
|
VII.
PEMBAHASAN
Persamaan gas ideal bersama-sama
dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa
volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan
mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama (Halliday dan Resnick, 1978).
Persamaan yang menghubungkan langsung massa molekul gas
dengan rapatannya
dapat diturunkan dari hukum gas ideal. Jika jumlah mol suatu gas dapat
diketahui dengan membagi massanya dalam gram dengan massa molekulnya
(Brady, 1999)
Praktikum
ini bertujuan untuk menentukan berat molekul senyawa volatile berdasarkan
pengukuran massa jenis gas dan melatih penggunaan persamaan gas ideal (Staf
Pengajar Kimia Fisika I, 2013)
Prinsip dasar pada percobaan ini
yaitu bila suatu cairan volatil dengan titik didih yang lebih rendah dari 100oC
ditempatkan dalam erlenmeyer bertutup yang mempunyai lubang kecil pada bagian
tutupnya, dan kemudian erlenmeyer tersebut dipanaskan sampai suhu 100oC,
maka cairan tadi akan menguap dan uap tersebut mendorong keluar udara yang
berada dalam erlenmeyer. Setelah semua udara keluar, akhirnya uap cairan
tersebut yang akan keluar, uap akan berhenti keluar jika kesetimbangan telah
tercapai yaitu tekanan uap cairan dalam erlenmeyer sama dengan tekanan udara
luar (Staf Pengajar Kimia Fisika I, 2013).
Pada percobaan ini, perlakuan
pertama yang dilakukan adalah menimbang labu erlenmeyer 100 mL yang bersih dan
kosong menggunakan neraca digital agar dapat dapat menetukan massa cairan x, sehingga
diperoleh hasil 54,51 gram, kemudian menimbang erlenmeyer, karet gelang dan
aluminium foil secara bersamaan sehingga diperoleh hasil 55,25 gram. Perlakuan
selanjutnya yaitu mengukur cairan volatil sebanyak 5 mL, cairan volatile yang
digunakan dalam percobaan ini adalah CHCl3 biasa dikenal dengan
kloroform dengan nama IUPAC triclorometana yang mempunyai titik didih lebih
rendah dari 100°C
yaitu 61,2°C (Syukri, 1999).
Setelah ditambahkan kloroform berat
erlenmeyer, karet gelang dan aluminium foil menjadi 62,10 gram. Erlenmeyer
ditutup dengan aluminium foil dengan tujuan agar CHCl3 tidak terjadi
penguapan secara berlebihan karena CHCl3 merupakan larutan yang
mudah menguap (volatil), dikatakan volatile karena mempunyai titik didih yang
rendah yaitu 61,2°C,
digunakan aluminium foil karena aluminium foil bersifat inert, artinya tidak
dapat bereaksi dengan CHCl3 yang berada dalam erlenmeyer. Lalu
membuat lubang kecil pada aluminium foil menggunakan jarum agar uap dapat
keluar, kemudian memanaskan erlenmeyer pada gelas kimia yang berisi air yang
telah mendidih. Fungsi pemanasan untuk mempercepat proses penguapan dari cairan
volatil (CHCl3). Memanaskan erlenmeyer harus dalam penangas air,
agar memudahkan dalam mengukur suhu dalam erlenmeyer karena suhu dalam air
diasumsikan sebagai suhu dalam erlenmeyer. Selain untuk mengukur suhu,
dikhawatirkan juga akan mudah terbakar jika erlenmeyer berisi kloroform
dipanaskan langsung tanpa perantara penangas air. Setelah semua cairan volatil
(CHCl3) menguap semua, maka uap tersebut akan mendorong keluar udara
yang terdapat dalam erlenmeyer, setelah semua udara keluar, akhirnya uap cairan
tersebut akan keluar, uap akan berhenti keluar bila keseimbanagn telah tercapai
yaitu tekanan uap cairan dalam erlenmeyer sama dengan tekanan udara luar. Kemudian
mengukur suhu air yang berada di dalam gelas kimia agar dapat mengetahui suhu
gas yang berada di dalam erlenmeyer. Suhu yang diperoleh adalah 99°C.
Perlakuan selanjutnya yaitu
mendiamkan erlenmeyer pada suhu ruangan selama 2 menit. Mendiamkan erlenmeyer
selama 2 menit sebelum dimasukkan ke dalam desikator agar suhu dalam erlenmeyer
sama dengan suhu ruangan. Setelah 2 menit, memasukkan erlenmeyer pada desikator
selama 5 menit. Fungsi desikator pada percobaan ini adalah untuk
menyetimbangkan objek dengan udara yang dikendalikan (Underwood, 1998).
Setelah 5 menit, mengeluarkan
erlenmeyer dari desikator lalu menimbang erlenmeyer menggunakan neraca digital.
Untuk menentukan volume erlenmeyer memasukkan air ke dalam erlenmeyer hingga
penuh dan mengukur massa air yang berada dalam erlenmeyer tersebut. Volume
erlenmeyer harus diukur agar dapat mengetahui volume gas yang berada dalam
erlenmeyer, karena sifat-sifat gas antara lain gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya
dan volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya (Halliday dan Resnick, 1978).
Dengan menggunakan persamaan gas ideal maka diperoleh BM
dari larutan CHCl3. Dalam perhitungan didapatkan nilai BM CHCl3
adalah 312,97
gram mol-1 dan massa
jenis (r) CHCl3 adalah 10,26 gram L-1,
sedangkan BM CHCl3 yang sebenarnya adalah 119,5 gram mol-1
dan massa jenis (r) adalah 3,728 gram L-1. Hasil
yang didapatkan ini jauh berbeda dengan nilai BM secara teoritis. Kesalahan ini
dapat terjadi karena kurang ketelitian praktikan pada saat praktikum. Kesalahan
dapat juga terjadi karena kesalahan pada saat melakukan pemanasan; alat yang
digunakan kurang bersih dan steril; masih terdapatnya udara dalam labu
erlenmeyer hingga mempengaruhi nilai BM yang diperoleh dan faktor yang paling
penting mempengaruhi kesalahan adalah sulitnya mengkondisikan gas sebagai gas
ideal. Sehingga banyak penyimpangan-penyimpangan gas ideal (Sukardjo, 2002).
Dalam
perhitungan berat molekul (BM) CHCl3 dapat menggunakan persamaan gas
ideal yaitu dengan adanya volume air dan massa jenisnya, maka dapat dihitung
massa jenis zatnya. Dengan mengetahui nilai massa jenis zat maka berat molekul
juga dapat dihitung.
VIII. KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Berat molekul senyawa volatile
berdasarkan pengukuran massa jenis gas yang diperoleh adalah 312,97 gram mol-1.
2.
Penentuan
berat molekul senyawa volatil dapat dilakukan dengan mengukur massa jenis
senyawa dan menggunakan persamaan gas ideal, yaitu menggunakan persamaan BM = dRT/P.
DAFTAR
PUSTAKA
Atkins, P, W. (1990). Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Bird,
T., (1998). Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga
Brady, J, E. (1999). Kimia Universitas Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Binarupa Aksara.
Day, R. A.
Jr . dan Underwood, A. I. (1998). Analisis
Kimia Kuantitatif (Edisi Keenam). Jakarta:
Erlangga.
Halliday dan
Resnick. (1978). Fisika Jilid I.
Jakarta: Erlangga.
Martin, E.
(2012). Kamus Sains. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Petrucci.
(1987). Kimia Dasar Prinsip Terapan
Modern Jilid 2 Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Staf Pengajar Kimia Fisik . (2013).
Penuntn Praktikum Kimia Fisik 1. Palu:
UNTAD Press.
Sukarjo. (2002). Kimia Fisika. Jogyakarta: Bineka Cipta.
Syukri. (1999). Kimia Dasar. Bandung: ITB press.
izin d'jdikan sbg slah satu referensi Kak
BalasHapusBorgata Hotel Casino & Spa - Mapyro
BalasHapusResults 1 - 거제 출장안마 40 of 106 — Borgata 김천 출장샵 Hotel 의왕 출장안마 Casino & Spa is a hotel in Atlantic 군산 출장마사지 City, NJ. The casino is part of the Borgata family 하남 출장안마 of luxury hotels.