Jumat, 06 Desember 2013

Keadaan Padat Sistem Kristal dan Massa Jenis

PERCOBAAN II
KEADAAN PADAT SISTEM KRISTAL DAN MASSA JENIS


I.              TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Memperlihatkan bagaimana besaran-besaran struktur kristal dapat dihubungkan dengan besaran-besaran yang dapat diukur seperti massa jenis dan volume molar.
2.      Memperkenalkan kepada praktikan berbagai macam system kristal.

II.           DASAR TEORI
Kristal adalah benda padat yang berbentuk polydes / polyhidral atau bidang banyak yang berbentuk tertentu dan selalu dibatasi oleh bidang datar. Keteraturan bentuk kristal ini disebabkan oleh mineral – mineral tersebut tersusun dari atom – atom maupun molekul – molekul yang teratur satu sama lain. Bidang datar yang membatasi bagian luar kristal tersebut disebut bidang muka kristal atau disingkat dengan bidang Kristal (Austin, 1986).
Untuk memudahkan mempelajari letak dan arah bidang kristal , maka diperlukan sumbu kristal. Sumbu kristal adalah garis – garis lurus yang melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang. Satuan panjang ini dapat sama dan tidak sama. Dalam kristalografi satuan panjang disebut dengan para meter. Berdasarkan jumlah parameter dan kedudukan sumbu yang satu dengan yang lainnya, kristal dapat dibagi menjadi beberapa golongan yang disebut dengan sisten Kristal (Justiana, 2009).
Kristal digambarkan oleh sel satuan yang ditentukan besar sumbu kristal a, b, c serta sudut kristal α, β dan γ. Hingga saat ini baru terdapat 7 macam sistem kristal. Dasar penggolongan sistem kristal tersebut ada tiga hal, yaitu: jumlah sumbu kristal, letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain parameter yang digunakan untuk masing-masing sumbu Kristal (Warmada, 2004).
System Kristal terbagi atas 7 sistem, yaitu sebagai berikut

1.    Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem reguler, bahkan sering dikenal sebagai sistem kubus/kubik. Sistem kristal isometric adalah sistem kristal dimana setiap unit sel-nya berbentuk kubus. Sistem kristal ini merupakan sistem kristal yang paling sederhana yang dapat ditemukan dalam kristal dan mineral. Sistem kristal ini mempunyai 5 buah kelas dan ada tiga buah bravais lattice dari jenis kristal ini yaitu simple cubic, body centered cubic, face centered cubic (Warmada, 2004 ).
Semua kristal yang mempunyai tiga buah sumbu yang identik dan saling tegak lurus termasuk ke dalam golongan sistem kristal cubic. Sumbu pertama terletak vertikal, sumbu kedua memanjang dari depan ke belakang dan sumbu ketiga bergerak dari kiri ke kanan. Ketiga sumbu tersebut dapat saling bertukar dan masing – masing sumbu dinamai dengan huruf a. Kelas -kelas dalam sistem kristal ini yaitu hexoctahedral calss, pentagonal icostetrahedral class, hextetrahedral class, dyakisdodecahedral class dan tetrahedral pentagonal dodecahedral class. Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Masing-masing sumbu sama panjangnya ( Justiana, 2009 )
2.    Sistem Tetragonal
Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Dalam kristalografi, tetragonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai tujuh buah kelas. Tetragonal merupakan hasil dari pemanjangan bentuk dasar cubic sehingga bentuk dasar cubic tersebut menjadi prism. Tetragonal mempunyai dua buah bentuk bravais lattice yaitu simple tetragonal dan centered tetragonal (Warmada, 2004 ).
Sistem kristal tetragonal meliputi semua kristal yang mempunyai 3 buah sumbu yang tegak lurus, dua di antaranya sama panjang dan terletak di bidang horizontal yang dinamakan dengan sumbu lateral dan diberi tanda dengan huruf a. Sumbu yang ketiga tegak lurus dengan bidang yang terbentuk dari sumbu lateral dan disebut dengan sumbu c yang panjangnya bisa lebih panjang atau lebih pendek daripada sumbu lateral. Sedangkan sumbu yang membagi dua sama rata sumbu yang terbentuk dari perpotongan sumbu a adalh sumbu intermediate yang ditukis dengan huruf b. Sistem kristal ini terbagi menjadi tujuh kelas yaitu: ditetragonal bipyramidal class,tetragonal trapezohedral class, ditetragonal pyramidal class, tetragonal scalenohedral class, tetragonal bipyramidal class, tetragonal pyramidal class, tetragonal bisphenoidal classSumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang) (Justiana, 2009).
3.    Sistem Orthorombis
Dalam kristalografi, orthorombic merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai tiga buah kelas dan mempunyai empat buah bentuk bravais lattices yaitu simple orthorhombic, base centered orthorhombic, body centered orthorhombic dan face centered orthorhombic (Warmada, 2004).
Sistem ini meliputi kristal yang mempunyai tiga buah sumbu yang tidak sama panjangnya dan saling tegak lurus. Satu sumbu vertikal yang disebut dengan sumbu c. satu  sumbu yang lainnya memanjang ke belakang dari arah depan yang disebut sumbu a atau sumbu brachy. Sumbu yang ketiga dari kiri ke kanan disebut sumbu b atau sumbu macro. Tidak ada yang namanya sumbu pokok dalam sistem kristal ini. Semua sumbu dapat menjadi sumbu vertikal atau sumbu c. sistem kelas ini terbagi menjadi 3 buah yaitu: orthorhombic bipyramidal class, orthorhombic bisphenoidal class, orthorombic pyramidal class (Justiana, 2009).
4.    Sistem Hexagonal
Dalam kristalografi, hexagonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai tujuh buah kelas. Semua kelasnya mempunyai simetri yang sama dengan bentuk dasar dari hexagonal. Untuk bravais lattice hanya terdapt satu untuk sistem kristal hexagonal. Sistem kristal ini mencakup semua kristal yang mempunyai empat buah sumbu. Tiga di antaranya sama panjang dan terletak di bidang horizontal serta perpotongan antara masing – masing sumbu membentuk sudut 60.Mereka dinamai sumbu lateral dan diberi tanda huruf a dan dapat saling ditukar – tukar. Sumbu keempat tegak lurus terhadap bidang yang terbentuk dari sumbu lateral dan disebut dengan sumbu c, panjang nya bisa lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu lateral. Sistem kristal ini mempunyai tujuh buah kelas yaitu: dihexagonal bipyramidal class, hexagonal trapezohedral class, dihexagonal pyramidal class, ditrigonal bipyramidal class, hexagonal bipyramidal class, hexagonal pyramidal class, trigonal bipyramidal class. Sumbu a, b, dan d mempunyai panjang yang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang) (Justiana, 2009).
5.    Sistem Trigonal
Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal demikian pula cara penggambarannya juga sama. Dalam kritalografi, trigonal merupakan salah satu dari tujuh sistem kristal dan mempunyai lima buah kelas dan hanya satu buah bentuk bravais lattices. Sistem kristal ini dideskripsikan dengan tiga buah vektor dasar dan mempunyai vektor yang sama panjangnya. Trigonal dapat juga disebut sebagai sistem kristal isometric yang mengalami perpanjangan menyeluruh secara diagonal sehingga : a = b = c;  Pada awalnya sistem kristal trigonal menjadi satu dengan sistem kristal hexagonal sehingga cirri-cirinya sama. Namun ada beberapa ahli kristalografi yang kemudian membedakannya dengan sistem kristal hexagonal karena pada sistem ini, sumbu c bernilai 3. Sistem kristal ini mempunyai 5 kelas yaitu: ditrigonal scalenohedral class, trigonal trapezohedral class, ditrigonal pyramidal class, trigonal rhombohedral class,trigonal pyramidal class. Perbedaannya bila pada trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam kemudian dibuat segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya (Justiana, 2009).
6.    Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Dalam kristalografi, sistem monoclinic merupakan sistem kristal yng mempunyai tiga buah kelas dan dua buah bravais lattices yaitu simple monoclinic dan centered monoclinic lattices. Dalam sistem kristal monoclinic, kristal digambarkan mempunyai vector-vektor yang tidak sama panjang dan mempunyai sudut lebih dari 90°. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek. Sistem kristal ini adalah kristal yang mempunyai tiga buah sumbu tidak sama panjang, dua di antaranya (a dan c) saling memotong dan membentuk sudut tidak sama besar dan sumbu ketiga (b) tegak lurus terhadap keduanya. Sumbu c adalah sumbu vertikal, sumbu a adalah sumbu yang memanjang ke belakang dari depan dan mempunyai nama sumbu clino, sumbu b adalah sumbu yang dari kiri ke kanan dan mempunyai nama sumbu ortho. Sistem kristal ini terbagi menjadi tiga kelas yaitu: prismatic class, sphenoidal class, domatic class (Justiana, 2009).
7.    Sistem Triklin
Dalam kristalografi, triclinic mempunyai dua buah kelas saja yang dibedakan menurut ada atau tidaknya sumbu simetri selain itu triclinic merupakan satu–satunya yang tidak mempunyai bidang cermin. Penggambarannya hambir sama dengan orthorhombic, namun tiga vektor yang digambarkan tidak tegak lurus satu sama lain (Warmada, 2004).
Sistem kristal ini merujuk pada kristal yang mmpunyai tiga buah sumbu tidak sama panjang dan berptongan membentuk sudut yang tidak sama besar. Penamaan sumbunya mengikuti penamaan pada sistem kristal orthorhombic yaitu a adalah sumbu brachy, b adalah sumbu macro dan c adalah sumbu vertikal. Biasanya sumbu brachy merupakan sumbu yang terpendek di antara ketiganya. Sistem kristal ini terbagi menjadi dua kelas yaitu : pinacoidal class, pedial class. Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama (Justiana, 2009). 

III.        ALAT DAN BAHAN
               Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
A.  Alat
1.      Gelas kimia 50 mL
2.      Gelas ukur 10 mL
3.      Neraca digital
4.      Pipet tetes

B.  Bahan
1.      Logam aluminium
2.      Logam besi (paku)
3.      CaCO3 (batu kapur)
4.      Logam Zink
5.      Aquadest
















IV.        PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini
A.    Untuk Logam Aluminium
1.      Menimbang logam aluminium menggunakan neraca digital dan mencatat massanya.
2.      Memasukkan air sebanyak 6 mL ke dalam gelas ukur.
3.      Memasukkan logam aluminium yang telah ditimbang ke dalam gelas ukur yang telah terisi air.
4.      Menghitung volume logam aluminium dengan cara menghitung pertambahan volume yang terjadi pada air dalam gelas ukur.
B.     Untuk Logam Zink
1.      Menimbang logam zink menggunakan neraca digital dan mencatat massanya.
2.      Memasukkan air sebanyak 6 mL ke dalam gelas ukur.
3.      Memasukkan logam zink yang telah ditimbang ke dalam gelas ukur yang telah terisi air.
4.      Menghitung volume logam zink dengan cara menghitung pertambahan volume yang terjadi pada air dalam gelas ukur.
C.     Untuk CaCO3 (Batu Kapur)
1.      Menimbang batu kapur menggunakan neraca digital dan mencatat massanya.
2.      Memasukkan air sebanyak 6 mL ke dalam gelas ukur.
3.      Memasukkan batu kapur yang telah ditimbang ke dalam gelas ukur yang telah terisi air.
4.      Menghitung volume batu kapur dengan cara menghitung pertambahan volume yang terjadi pada air dalam gelas ukur.
D.    Untuk Logam besi (Paku)
1.      Menimbang logam besi menggunakan neraca digital dan mencatat massanya.
2.      Memasukkan air sebanyak 8 mL ke dalam gelas ukur.
3.      Memasukkan logam besi yang telah ditimbang ke dalam gelas ukur yang telah terisi air.
4.      Menghitung volume logam besi dengan cara menghitung pertambahan volume yang terjadi pada air dalam gelas ukur.


























V.           HASIL PENGAMATAN
          Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
A.  Tabel I
No
Perlakuan
Hasil
1.
Menimbang logam alumunium
3.55 g
Mengukur air dalam gelas ukur + logam Aluminium
7,6 mL
Mengukur volume logam Aluminium
1,6 mL
2.
Menimbang logam zink
9,70 g
Mengukur air dalam gelas ukur + logam zink
7,4 mL
Mengukur volume logam zink
1,4 mL
3.
Menimbang batu kapur (CaCO3)
2,23 g
Mengukur air dalam gelas ukur + batu kapur
7,1 mL
Mengukur volume batu kapur
1,1 mL
4.
Menimbang logam besi (paku)
5,39 g
Mengukur air dalam gelas ukur + logam besi (paku)
8,4 mL
Mengukur volume logam besi (paku)
0,4 mL










B.     Tabel II
No
Senyawa
Berat molekul gr/mol
Sistem Kristal
Panjang sisi unit sel
Sudut unit sel
(°)
∑ molekul dalam unit sel
1.
Alumunium
26,9
Kubik
a=b=c=4,04
 = 900
4
2.
Besi
55,8
Kubik
a=b=c=2,86
 = 900
2
3.
Zink
65,3
Kubik
a=b=2,669
c=4,947
 = 900
2
4.
Timah putih
118,6
Tetragonal
a=b=5.82
c=3,17

 = 900
4
5
CaCO3
(aragonit)
100
Ortorombik
a=4,94 b=7,94 c=5,72
 = 900
4
6.
KClO3
112,6
Monoklin
a= 4,65 b=5,59 c=7,09
α= β= 109038  
γ= 141024
2
7.
CaCO3
(klasit)
100
Rombohedral
a=b=c=6,36
α= β= 4606
γ= 26608
2
8.
K2Cr2O7
294
Triklin
a=7,50 b=7,18 c=13,4
α= 820
β= 96013
γ= 18108
4



C.    Tabel III
No
Senyawa
Volume unit sel v (cm3)
Massa jenis ( gram/cm3)
Hasil perhitungan teoritis
Hasil dari Percobaan
1.
Alumunium
64.95
0.025
2.22
2.
Besi
23.39
0.071
13,48
3.
Zink
35.13
0.047
6,93
4.
Timah putih
107.376
0.015
7,29
5.
CaCO3
( aragonit )
224.36
7,4 × 10-3
2,03
6.
KClO3
2,64 × 10-11
6,34 × 1010
2.32
7.
CaCO3
( klasit )
6,35 × 10-11
2,61 × 1010
2,03
8.
K2Cr2O7
8,66 × 10-25
1,92 × 1024
2.73




VII.     PEMBAHASAN
            Untuk melukiskan sifat simetri suatu kristal dipermudah dengan mengenalkan konsep sumbu-sumbu kristalografi. Sumbu-sumbu ini biasanya menunjuk pada arah yang penting dalam kristal sebagaimana didefnisikan oleh permukaan-permukaan kristal yang bersangkutan. Tiga sumbu a, b, dan c dan sudut-sudut α, β, dan γ adalah cukup untuk melukiskan kelas suatu kristal. Dalam banyak hal sumbu c diarahkan sejajar terhadap kenampakan arahan unik kristal yang bersangkutan, misalnya arah pemanjangan atau pemendekan. Sumbu-sumbu a dan b yang keduanya tidak dapat sebidang dengan sumbu c mewakili arahan terpilih kristal yang bersangkutan. Bidang-bidang kristal dilukis menurut perpotongannya dengan sumbu-sumbu tersebut. Atas dasar perbedaan ukuran ketiga sudut dan ulangan jarak ketiga sumbu tersebut terdapat tujuh klas kristal sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut ini
Klas
Kondisi sumbu dan sudut satuan sel
Kubus
Ortorombik
Tetragonal
Monoklinik
Triklinik
Heksagonal
Rombohedral (Trigonal)
a = b = c; α = β = γ= 900C
a ≠ b ≠ c; α = β= γ = 900C
a = b ≠ c; α = β = γ = 900C
a ≠ b ≠ c; α = γ = 900C ≠ β
a ≠ b ≠ c; α ≠ β ≠ γ ≠ 900C
a = b ≠ c; α = β = 900C; γ = 1200C
a = b = c; α = β = γ ≠ 900C
(Sulastri. 2012)
            Percobaan ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana besaran-besaran struktur kristal dapat dihubungkan dengan besaran-besaran yang dapat diukur seperti massa jenis dan volume molar serta memperkenalkan kepada praktikan berbagai macam sistem Kristal (Staf Pengajar Kimia Fisika I, 2013).
            Pada percobaan ini menggunakan empat bahan yaitu logam aluminium, logam zink, batu kapur (CaCO3), dan logam besi (paku).
A.  Logam Aluminium
            Pada logam aluminium, hal pertama yang dilakukan adalah menimbang logam aluminium sehingga diperoleh massanya adalah 3,55 gram, lalu memasukkan logam aluminium ke dalam gelas ukur yang telah terisi air sebanyak 6 mL, dan menghitung volume logam aluminium dengan cara melihat pertambahan volume pada air. Adapun nilai volume unit sel (Vms) dari logam aluminium adalah 65,94 cm3 dan nilai massa jenis (r) yang diperoleh dari hasil perhitungan teoritis adalah 0,025 gram cm-3. Sedangkan nilai nilai massa jenis (r) yang diperoleh dari hasil dari percobaan adalah 2,22 gram cm-3. Logam alumunium termasuk dalam sistem kristal kubik yang memiliki berat molekul 26.9 gram mol-1, panjang unit sel 4.04, sudut unit sel α = β = γ= 900, dan jumlah molekul dalam unit sel 4.
Gambar system Kristal kubik:







B.  Logam Zink 
            Pada logam zink, hal pertama yang dilakukan adalah menimbang logam zink sehingga diperoleh massanya adalah 9,70 gram, lalu memasukkan logam zink ke dalam gelas ukur yang telah terisi air sebanyak 6 mL, dan menghitung volume logam zink dengan cara melihat pertambahan volume pada air. Adapun nilai volume unit sel (Vms) dari logam zink adalah 35,13 cm3 dan nilai massa jenis (r) yang diperoleh dari hasil perhitungan teoritis adalah 0,047 gram cm-3. Sedangkan nilai nilai massa jenis (r) yang diperoleh dari hasil dari percobaan adalah 6,93 gram cm-3. Logam zink termasuk dalam sistem kristal kubik yang memiliki berat molekul 65,3 gram mol-1, panjang unit sel a=b 2,669 dan c=4,947, sudut unit sel α = β = γ= 900, dan jumlah molekul dalam unit sel 2.
Gambar system Kristal kubik:
 









C.  Batu Kapur (CaCO3)
            Pada batu kapur (CaCO3), hal pertama yang dilakukan adalah menimbang batu kapur  sehingga diperoleh massanya adalah 2,23 gram, lalu memasukkan batu kapur ke dalam gelas ukur yang telah terisi air sebanyak 6 mL, dan menghitung volume batu kapur dengan cara melihat pertambahan volume pada air. Batu kapur pada percobaan ini terdapat 2 jenis, yaitu aragonit dan kalsit. Pada batu kapur aragonite, nilai volume unit sel (Vms) adalah 224,36 cm3 dan nilai massa jenis (r) yang diperoleh dari hasil perhitungan teoritis adalah 7,4 × 10-3 gram cm-3. Sedangkan nilai massa jenis (r) yang diperoleh dari hasil dari percobaan adalah 2,03 gram cm-3. Batu kapur aragonit termasuk dalam sistem kristal ortorombik yang memiliki berat molekul 100 gram mol-1, panjang unit sel a= 4,94, b=7,94, c=5,72, sudut unit sel α = β = γ= 900, dan jumlah molekul dalam unit sel 4.
http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/orthorhombic_crystal_system_1.gif?w=125&h=131Gambar system Kristal ortorombik:

           



            Pada batu kapur kalsit nilai volume unit sel (Vms) adalah 6,35 × 10-11 cm3 dan nilai massa jenis (r) yang diperoleh dari hasil perhitungan teoritis adalah 2,61 × 1010 gram cm-3. Sedangkan nilai nilai massa jenis (r) yang diperoleh dari hasil dari percobaan adalah 2,03 gram cm-3. Batu kapur aragonit termasuk dalam sistem kristal rombohedral yang memiliki berat molekul 100 gram mol-1, panjang unit sel a=b=c= 5,72, sudut unit sel α = β = 4606 γ= 26608 , dan jumlah molekul dalam unit sel 2.
Gambar system Kristal Rombohedral:
http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/monoclinic_crystal_system_11.gif
 










D.  Logam Besi (Paku)
            Pada logam besi, hal pertama yang dilakukan adalah menimbang logam besi, sehingga diperoleh massanya adalah 5,39 gram, lalu memasukkan logam besi ke dalam gelas ukur yang telah terisi air sebanyak 8 mL, dan menghitung volume logam besi dengan cara melihat pertambahan volume pada air. Adapun nilai volume unit sel (Vms) dari logam besi adalah 23,39 cm3 dan nilai massa jenis (r) yang diperoleh dari hasil perhitungan teoritis adalah 0,071 gram cm-3. Sedangkan nilai nilai massa jenis (r) yang diperoleh dari hasil dari percobaan adalah 13,48 gram cm-3. Logam besi termasuk dalam sistem kristal kubik yang memiliki berat molekul 55,8 gram mol-1, panjang unit sel 2,86, sudut unit sel α = β = γ= 900C, dan jumlah molekul dalam unit sel 2.


Gambar system Kristal kubik:
 








Dari hasil yang diperoleh nilai massa jenis yang diperoleh dari hasil percobaan memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai massa jenis yang diperoleh dari hasil perhitungan teoritis, hal ini disebabkan karena adanya kesalahan saat melakukan percobaan atau kesalahan dalam proses perhitungan.
Volume unit sel (Vms) dapat dikaitkan dengan volume molar (Vm) jika jumlah atom molekul dalam tiap unit sel diketahui (n). Volume unit sel juga akan merupakan volume ruang yang ditempati oleh jumlah atom molekul. Sementara untuk mencari massa jenis dibutuhkan adanya nilai volume unit sel. Hubungan antara Vm, Vμs dan ρ adalah jika semakin besar nilai Vμs maka nilai Vm akan semakin besar pula. Sebaliknya jika nilai dari Vμs semakin besar maka nilai dari massa jenis (ρ) akan semakin kecil.











VIII.  KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.    Besaran besaran yang digunakan pada percobaan ini adalah volume molar (Vm), Volume unit sel (Vμs) dan massa jenis (ρ).
Vμs = a3
Vμs  = abc (1+ cos α cos β cos γ – cos2 α - cos2β - cos2γ ) 12
Vm =  mol -1
ρ       = gram cm3
2.     Ada 7 sistem Kristal, yaitu:
1.      kubik,
2.      tetragonal,
3.      ortorombik,
4.      heksagonal,
5.      trigonal,
6.      moniklinik, dan
7.      triklinik.













DAFTAR PUSTAKA


Austin, GT. (1986). Schrwev’s Chemical Proses Industries. McGraw-Hill: N.J.
Warmada.I.W. ( 2004 ). Agromineralogi. Yogyakarta : Fakultas Teknik UGM.
Justiana.S.M. ( 2009 ). Chemistry 3. Jakarta : Yudhistira.
Staf pengajar kimia fisika I. ( 2013 ). Penuntun Praktikum Kimia Fisika I. Palu : UNTAD Press.

Sulastri, S. dkk. ( 2012 ). Bilingual Science Physics For Junior  High School grede VII. Jakata: Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar